Sampah Jadi Berharga: Kisah Ibu Kupuma dalam Menghadapi Tantangan Hidup

Kisah hidup Ibu Kupuma, seorang warga Belawan yang gigih dan penuh pengabdian, adalah bukti nyata bahwa kesungguhan dan kreativitas dapat mengubah hidup seseorang. Dalam usahanya untuk memberikan pendidikan kepada kedua keponakannya yang ditinggalkan orang tua mereka yang pergi merantau, Ibu Kupuma menemukan cara yang tak terduga untuk mengatasi tantangan finansial yang dia hadapi. Melalui Bank Sampah Berkah (BSB) dan Koperasi Bersatu Bangun Belawan (B3) yang didukung oleh Gugah Nurani Indonesia, Ibu Kupuma telah menemukan solusi inovatif yang memungkinkannya menyekolahkan kedua keponakannya dan mengatasi kesulitan ekonomi yang dihadapinya.


Ibu Kupuma, petugas kebersihan di Puskemas Kecamatan Medan Belawan, sehari-hari rutin mengumpulkan sampah-sampah kertas dan plastik khususnya sampah non-medis.

Sebagai seorang petugas kebersihan di Puskesmas Medan Belawan, Ibu Kupuma menyadari bahwa gaji yang ia terima tidaklah cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari dan pendidikan kedua keponakannya. Namun, dengan adanya BSB, Ibu Kupuma melihat potensi ekonomis dalam sampah. Ia memanfaatkan profesinya untuk mengumpulkan sampah-sampah seperti kardus, kertas HVS, dan botol plastik. Setelah melakukan pemilahan sampah, Ibu Kupuma akan menghubungi pengurus BSB agar sampah tersebut dijemput, ditimbang, dan dicatat. Harga yang diterima dari setiap setorannya, berkisar antara Rp 70.000 hingga Rp 100.000, digunakan untuk membiayai kebutuhan pendidikan kedua keponakannya. Ibu Kupuma menabung hasil penjualan sampah tersebut di BSB dan membaginya menjadi dua bagian untuk kedua keponakannya.
BSB, yang didirikan di Belawan oleh Gugah Nurani Indonesia, menjadi solusi bagi masalah sampah di kota tersebut. Dalam sosialisasinya, Gugah Nurani Indonesia merangkul masyarakat Belawan untuk mengelola sampah dan menyalurkannya ke BSB. BSB memiliki sistem pengelolaan sampah yang teratur, dan hasil penjualan sampah dikategorikan sesuai dengan persentase yang telah ditetapkan. Dalam persentase tersebut, 50% diberikan kepada pengurus, 20% untuk dana cadangan, 20% untuk kas, dan 10% untuk dana sosial, yang diperuntukkan bagi anak-anak putus sekolah. Adanya sistem pencatatan yang akuntabel di BSB membuat warga Belawan memiliki kepercayaan dan semakin antusias dalam mengelola sampah rumah tangga mereka dan menyalurkannya ke BSB.
Selain mengandalkan BSB, Ibu Kupuma juga menjadi anggota Koperasi Bersatu Bangun Belawan (B3), yang didirikan oleh Gugah Nurani Indonesia untuk membantu masyarakat Belawan yang terjebak dalam pinjaman dengan bunga tinggi dari lembaga keuangan lain. Sebagian besar warga Belawan memiliki usaha kecil-kecilan, seperti warung, yang membutuhkan modal yang terus diputar. Dengan bergabung dalam Koperasi B3, mereka memajukan usahanya tanpa harus  terkendala biaya. Gugah Nurani Indonesia telah melakukan pendidikan kepada masyarakat Belawan agar bergabung dalam Koperasi B3 guna memenuhi kebutuhan mereka dan mengurangi masalah hutang akibat suku bunga yang tinggi. 
Pada akhir tahun 2021, Ibu Kupuma mengalami kesulitan ketika rumahnya terbakar akibat korsleting listrik. Hal ini menyebabkan kerugian finansial dan ia harus membangun rumah tersebut kembali sebagai tempat tinggal. Ia mencoba mengajukan pinjaman ke Bank swasta, namun melihat suku bunga yang tinggi, sehingga ia memutuskan untuk meminjam dalam jumlah kecil saja. Ibu Kupuma memutuskan untuk mendapatkan akses tambahan guna memperbaiki rumahnya itu dengan mengakses pinjaman ke Koperasi B3. Cicilan pinjaman ke Koperasi B3 dibayar dengan menggunakan hasil penjualan sampah ke BSB.
Bank Sampah Berkah (BSB) dan Koperasi B3 terhubung satu sama lain. Nasabah Bank Sampah Berkah dapat mengalokasikan tabungan yang dimilikinya di bank sampah ke Koperasi B3, karena BSB sendiri merupakan unit usaha dari koperasi tersebut. Ibu Kupuma mengakui bahwa kehadiran BSB dan Koperasi B3 memberikan bantuan yang signifikan bagi dirinya. Ia menyadari bahwa sampah ternyata dapat membawa berkah. Saat ini, kedua keponakannya sedang berada di pesantren, dan Ibu Kupuma menggunakan pendapatan dari penjualan sampah ke BSB untuk membayar biaya pendidikan di pesantren tersebut. 
Kisah Ibu Kupuma adalah contoh nyata bagaimana inisiatif sosial seperti BSB dan Koperasi B3 dapat memberikan harapan dan perubahan yang nyata bagi masyarakat. Melalui pendidikan tentang pengelolaan sampah yang bijak, Gugah Nurani Indonesia telah membantu masyarakat Belawan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan hutang yang menghimpit.

Ditulis oleh: Juliana Nainggolan (FAD Medan CDP)
Diedit oleh: Tim FD

Subscribe to our newsletter
for news and updates