Merealisasikan Gagasan dalam Pemberdayaan Komunitas

Sartika (40) sedang menghadiri sosialisasi program sponsor di Balai Desa Lembang saat berbincang-bincang dengan fasilitator bina lingkungan Enrekang CDP tentang tanaman di desanya. Putra bungsunya (4) adalah salah satu anak dukungan Gugah Nurani Indonesia. Selama pembicaraan, dia mengangkat masalah tentang rendahnya harga beberapa tanaman seperti cabai dan rempah-rempah. “Terkadang hasil panen dihargai terlalu rendah, jadi kami lebih memilih meninggalkannya daripada menjualnya ke pasar. Tidak ada gunanya menghabiskan uang dan tenaga untuk pergi ke pasar dengan harga rendah,” katanya.

Gugah Nurani Indonesia mendampingi Sartika dalam mengatasi persoalan tersebut dengan pengolahan hasil panen menjadi produk yang lebih menguntungkan. Ia mencoba sendiri karena terdorong dan termotivasi. Sartika mengikuti kursus pengolahan makanan yang difasilitasi oleh Gugah Nurani Indonesia dan melakukan beberapa kali uji coba. Setelah uji coba menghasilkan produk bagus yang layak jual, dia mulai memproduksi bubuk herbal jahe putih dan bubuk kunyit. Dia membeli jamu dari tetangganya dan berhasil menjual produk mereka dengan keuntungan sama besar dengan harga pasar.

Segera Sartika membujuk tetangganya untuk bergabung. Bersama lima perempuan lainnya, ia mendirikan kelompok usaha yang diberi nama sesuai dusun mereka: kelompok usaha patungan, KUB Datte. Kelompok tersebut berkembang untuk memproduksi lebih banyak jahe merah, serai, dan lengkuas bubuk. Mereka juga memproduksi bubuk cabai. Sartika mengikuti lebih banyak kursus, seperti desain dan pengemasan, serta pembukuan, untuk mendukung pengembangan bisnisnya.

Terkait pemasaran produk, produk dijual dari mulut ke mulut ke teman dan kerabat di luar desa mereka. Beberapa produk juga dijual ke anggota Koperasi Etika. Mereka juga menjual produknya melalui media sosial dan platform belanja online untuk menjangkau lebih banyak pelanggan. Salah satu pembelinya adalah bekas tetangga yang kini tinggal di Kalimantan dan Papua. Mereka mengetahui produk tersebut dari media sosial. “Mereka bangga dengan desa kami karena kualitas produknya,” jelasnya.



Menantang dirinya sendiri, dia telah berpikir untuk mengembangkan produk baru. Setelah berkonsultasi, dia memutuskan untuk memproduksi sambal. Kembali difasilitasi oleh Gugah Nurani Indonesia, Sartika mengikuti kursus memproduksi dan mengemas sambal yang tahan lama tanpa bahan pengawet. Dia membuat saus cabai dan mengemasnya dalam botol kaca. Ternyata sambalnya laris manis karena rasanya yang enak. “Saya sangat senang orang-orang menyukai sambalnya,” ungkapnya dengan sukacita.

Penghasilan dari sambal dan bubuk jamu telah menguntungkan keluarganya. “Tiga dari empat anak saya sudah kuliah, SMA, dan SMP. Penghasilan tambahan yang saya dapatkan dari usaha ini mendukung kebutuhan pendidikan mereka. Itu sangat membantu,” ungkapnya. Keluarga Sartika pun mendukungnya. Suami dan anak-anaknya membantunya kapan saja mereka punya waktu. “Suami saya sangat antusias membantu. Dia ingin tahu apa lagi yang bisa kami perbuat. Begitu juga anak-anak saya. Mereka akan bertanya jika saya sedang tidak menghasilkan apa-apa," dia tertawa.

Obrolan ringan kami membawanya ke titik dia sekarang. “Tanpa Gugah Nurani Indonesia, saya tidak akan pernah tahu pengolahan herbal, desain dan pengemasan, serta pembukuan, mungkin juga tidak ada usaha yang ternyata bisa membantu ekonomi keluarga saya,” katanya. Usaha Sartika juga berdampak pada para tetangganya. “Sebelumnya mereka menelantarkan hasil panen saat harga sedang rendah. Tapi sekarang karena mereka bisa menjual hasil panennya ke kami, mereka jadi semangat menanam,” jelasnya.

Sartika telah membuktikan bahwa dengan kemauan untuk berusaha dan bekerja keras, ia dapat membawa perubahan bagi keluarga dan orang-orang di sekitarnya.



Ditulis oleh:
Agustina Satdewi
Sekretaris Dewan Gugah Nurani Indonesia

Subscribe to our newsletter
for news and updates