Kisah Impian Pak Winarto: Lebih dari Sekedar Angkringan

Angkringan Pak Winarto

Kesan pertama bertemu dengan Pak Winarto adalah hangat dan jenaka. Kami datang berkunjung menjelang sore hari, saat beliau sedang beristirahat. Pak Winarto memulai aktivitasnya setiap pukul 03.00 dini hari bersama sang Istri. Mereka menyiapkan lauk pauk sebagai pelengkap nasi rames, yang merupakan usaha dagangan mereka. Usaha ini sudah mereka geluti selama 15 tahun. Pak Winarto memiliki minat pada usaha ini sejak masih menjadi karyawan percetakan. 

Kami duduk santai berbincang di pekarangan rumah beliau, yang merupakan bagian dari Warung Nasi Rames miliknya. Warung tersebut berada di sisi sayap kiri rumah Pak Winarto. Warung dengan konsep terbuka dan sederhana, namun tetap dinaungi atap untuk melindungi dari sinar matahari dan hujan. 

Beliau menerapkan konsep ini untuk membuat suasana terasa nyaman bagi para pembeli yang makan di tempat ataupun menunggu pesanan dibungkus, agar tidak terasa sumpek. Suasana di warung ini semakin asri dan sejuk dengan adanya pohon yang menaungi.

Impian yang Mulai Menjadi Nyata

Pak Winarto dulunya merupakan karyawan di sebuah koran lokal, yang menangani bagian percetakan iklan. Bersama rekan satu timnya, beliau memiliki impian untuk membuka usaha angkringan. Bermodalkan semangat dan bantuan material sebesar Rp700.000 dari rekannya tersebut, Pak Winarto memulai usahanya. Tentunya usaha tersebut tidak langsung membuahkan hasil, apalagi saat itu beliau masih bekerja sebagai karyawan. Sehingga, harus membagi fokusnya. 

Saat merintis usaha tersebut, penghasilan per hari yang didapat paling banyak hanya Rp200.000. Bahkan beliau pernah hanya menerima Rp5.000 saja  dari hasil menjual seporsi lauk. Mengalami kerugian, cukup biasa dialami oleh Pak Winarto. Namun, kondisi ini tidak menyurutkan semangatnya. Sampai akhirnya beliau memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya agar bisa fokus pada pengembangan usaha kuliner yang sedang dia rintis.

Pak Winarto mengolah sendiri jenis lauk pauk yang beliau jual di warungnya. Hidangan yang awalnya hanya terdiri dari masing-masing 1 macam lauk, sayur, dan gorengan, perlahan mulai bisa menambahkan jenisnya. 

Munculnya saingan sesama penjual angkringan di wilayah sekitar, tidak menyurutkan semangat Pak Winarto untuk mencari strategi menghadapinya. Jika pada awalnya beliau hanya berdagang Angkringan di sore hari, jadwalnya jadi bertambah. Kini dari pukul 6.00 pagi – 12.00 siang ia berjualan Nasi Rames, kemudian dilanjutkan dengan Angkringan di pukul 3.00 sore.

Menerjang Masa Pandemi


Hasil dari usaha ini kemudian bukan hanya untuk mengembangkan usaha, namun juga dipakai untuk sedikit demi sedikit merenovasi rumah dan menyekolahkan anak. Ketika keadaan perlahan mulai membaik, pandemi COVID melanda, yang mewajibkan pembatasan sosial dan menurunnya daya beli masyarakat. Angkringan menjadi sepi dan jarang pembeli karena maknanya sebagai tempat berkumpul, bercengkrama sambil menikmati makan malam tentunya sangat dilarang di masa pandemi. 

Situasi ini membuat Pak Win memutuskan untuk menghentikan Angkringan namun tetap berjualan Nasi Rames seperti biasa. Walau demikian, menurunnya daya beli masyarakat di masa itu, tetap menjadi tantangan bagi beliau untuk mendapat penghasilan yang stabil.

Hasil penjualan terbanyak yang bisa didapat di masa pandemi hanya mencapai Rp400.000 saja. Jika dikurangi modal harian, bisa dikatakan keuntungan yang didapat cukup kecil. Sehingga, sulit bagi Pak Winarto untuk memberi variasi pada lauknya. 

Hal ini ditambah dengan adanya resiko tidak semua lauk habis terjual dan terbatasnya pemasukan jika dibandingkan dengan pengeluaran yang dibutuhkan. Di masa sulit inilah Pak Win kemudian mendengar tentang adanya Koperasi Mitra Sejahtera Pendoworejo. Koperasi ini merupakan bagian dari koperasi binaan Yayasan Gugah Nurani Indonesia. 

Peluang yang Membangun Harapan

Beliau melihat ini sebagai peluang untuk akses permodalan agar tetap dapat mengembangkan usahanya meskipun pemasukannya pas-pasan. Menurut Pak Winarto hal ini sangat membantu. Selain itu, terdapat keuntungan setelah beliau menjadi anggota. Salah satunya ia dapat memiliki tabungan dan mendapat pembagian Sisa Hasil Usaha. Terutama jika anggota berbelanja dari Toko Sembako Koperasi. Masa pinjamannya juga tidak terlalu lama dengan persyaratan yang mudah.

Perlahan tapi pasti, warung nasi rames Pak Win bangkit kembali. Tempat berjualan yang ala kadarnya mulai direnovasi dan dibuat nyaman bagi para pelanggan yang setia berkunjung. Beliau bahkan memikirkan area untuk pelanggan yang memiliki kendaraan seperti motor, untuk dapat memarkir dengan aman. 

Semuanya itu berlokasi di pekarangan depan rumah beliau. Sejak saat itu, penghasilannya pun meningkat menjadi Rp600.000 – Rp700.000 per hari. Beliau memperluas usahanya dengan menerima pesanan nasi kotak. Keterbatasan tidak membuat beliau menyerah dan mencari cara untuk dapat melaluinya.

"Dengan modal dari koperasi, saya mampu memperbaiki bangunan warung sehingga tampak lebih bersih dan nyaman. Saya juga bisa menambah perabot untuk berjualan seperti kompor dan panci. Jadi tersedia lebih banyak pilihan. Pembeli lebih tertarik untuk mampir.", Ucap Pak Winarto.

Walaupun Pak Winarto masih dalam proses merintis usaha angkringannya dan harus mengubah strategi menjadi hanya berjualan nasi rames dan nasi kotak saja. Namun, akses permodalan di koperasi binaan Yayasan Gugah Nurani Indonesia telah menjadi solusi agar impian beliau tetap hidup. Impian itu adalah memiliki usaha berjualan makanan yang lebih dari sekadar tempat mengisi perut, tetapi juga dapat mengisi jiwa dengan kebahagiaan. 

Hal yang kami petik dari kisah Pak Winarto adalah bagaimana kehadiran koperasi telah menjadi solusi bagi masyarakat. Terutama bagi pelaku usaha kecil, untuk mengatasi kendala permodalan yang sulit diatasi sendiri. 

Kisah tentang impian Pak Winarto ini merupakan satu dari banyaknya kisah inspirasional anggota koperasi. Harapannya keberadaan koperasi binaan Yayasan Gugah Nurani Indonesia dapat memberikan manfaat ke masyarakat luas.

Baca juga kisah inspiratif lainnya: 
Ibu Rumah Tangga Berdaya: Dari Atlet Karate hingga Buka Toko Kue Sendiri

Harapan Baru di Tengah Keterbatasan: Perjuangan Anak Sponsor Gugah Nurani Indonesia dari Medan 

Ditulis oleh: Luwyse
Diedit Oleh: Tim FD 

Dapatkan banyak keuntungan