Bahkan, tahun ini Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sampai menetapkan status siaga darurat kekeringan per 1 Agustus 2024 melalui SK Gubernur DIY No 286/KEP/2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi ketersediaan air per kapita di Indonesia akan terus menurun. Pada tahun 2035, diperkirakan hanya tersisa 181.498 meter kubik per kapita per tahun, jauh berkurang dari 265.420 meter kubik per kapita per tahun pada tahun 2010.
Penyebab Krisis Air di Indonesia
Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya krisis air di Indonesia comtohnya yakni;1. Perubahan Iklim Global
perubahan iklim global yang berdampak signifikan pada siklus hidrologi, menyebabkan perubahan pola curah hujan, peningkatan suhu, dan kejadian cuaca ekstrem seperti kekeringan dan banjir yang lebih sering dan intens.
Hal ini mengganggu ketersediaan dan kualitas air. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya peningkatan suhu rata-rata di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir, yang berkontribusi pada peningkatan penguapan dan kekeringan.
2. Deforestasi
Deforestasi dan alih fungsi lahan di Indonesia, hutan berperan penting dalam menjaga ketersediaan air tanah. Deforestasi dan alih fungsi lahan, seperti konversi hutan menjadi lahan pertanian atau perkebunan, mengurangi kemampuan tanah dalam menyerap dan menyimpan air.
Hal ini menyebabkan penurunan debit air sungai dan mata air, serta peningkatan risiko kekeringan dan banjir. Citra satelit dan penelitian lapangan menunjukkan perubahan tutupan lahan yang signifikan di beberapa daerah, dengan hilangnya area hutan dan peningkatan area lahan terbuka atau lahan pertanian.
3. Pengelolaan Sumber Daya Air yang Belum Optimal
Pengelolaan sumber daya air di Indonesia belum optimal, termasuk infrastruktur yang kurang memadai, kurangnya konservasi air, dan penegakan hukum yang lemah terhadap pencemaran dan eksploitasi air secara berlebihan, turut berkontribusi pada krisis air.
Dampak Krisis Air Bersih di Indonesia
Adanya krisis air bersih di Indonesia menimbulkan dampak yang luas di berbagai aspek di antaranya:1. Dampak Lingkungan
Kekeringan dan kekurangan air dapat merusak ekosistem perairan, seperti sungai, danau, dan lahan basah, yang berdampak pada keanekaragaman hayati dan fungsi ekologis. Krisis air dapat mengganggu aktivitas pertanian, industri, dan pariwisata, yang berdampak pada perekonomian.
2. Dampak Kesehatan
Selain itu, kekurangan air bersih dan sanitasi yang buruk dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit bawaan air (waterborne diseases), seperti diare, kolera, disentri, tipus, hepatitis A, dan polio. Penyakit-penyakit ini dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak dan kelompok rentan lainnya. Anak-anak kesulitan untuk tumbuh sehat.
3. Dampak pada Anak
Di samping masalah kekeringan, masih banyak anak Indonesia yang kesulitan mengakses air bersih. Mereka harus berjalan berkilometer untuk mendapatkan air. Ribuan anak mengorbankan waktu belajar dan bermainnya untuk mendapatkan air. Masa depan mereka pun jadi terancam.
Saatnya Bertindak: Ulurkan Tangan, Berikan Harapan
Krisis air di Indonesia bukan hanya masalah pemerintah, tetapi tanggung jawab kita bersama. Dibutuhkan aksi nyata dari seluruh lapisan masyarakat untuk mengatasi masalah ini.Sebagai bagian dari komitmen GNI untuk perjuangkan pemenuhan hak anak, termasuk hak mendapatkan air bersih yang layak, saat ini GNI sedang membuka donasi untuk membuka akses air bersih.
Mari, ulurkan tangan bersama dan beri harapan pada mereka. Setiap donasi yang Anda berikan melalui GNI akan sangat berarti dan membantu mewujudkan akses air bersih yang merata untuk anak Indonesia.
Klik "Donasi Sekarang" untuk ikut berkontribusi.
Donasi Sekarang
Baca juga:
Dampak Gempa Bumi Pada Psikologis Anak
Tak Hanya Mengelola Sampah, Bank Sampah Berkah Belawan Adakan Cek Kesehatan Gratis
Sumber:
Suara Surabaya
National Geographic
Ditulis dan diedit oleh: Tim FD