Pemerintahan Desa Punagaya Bangun PAUD untuk Investasi Masa Depan

Apa istimewanya judul di atas? Toh, itu kewajiban pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan warganya. Apa menariknya pemerintahan desa ikut membangun sekolah? Toh, desa punya anggaran cukup. Lalu, apa pentingnya cerita ini ditulis? Tapi mari kita lihat lebih dekat!

Tak banyak kita jumpai pemerintahan desa punya perhatian pada pendidikan usia dini. Tak banyak juga pemerintahan desa mau berinvestasi di bidang pendidikan usia dini. Umumnya, pemerintahan desa lebih memilih pembangunan fisik dan infrastruktur di luar pembangunan sekolah. 

Desa Punagaya satu di antara desa yang langka itu. Desa ini berada di Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, salah satu daerah dampingan Gugah Nurani Indonesia (GNI). 

Pagi itu, cuaca cukup cerah dan panas. Jeneponto beberapa bulan ini dilanda cuaca yang kurang bersahabat. Kekeringan mulai melanda beberapa desa. Tiga bulan yang lalu hujan turun terakhir kali. Terbayang betapa sulitnya masyarakat mendapatkan air bersih.

Di sebuah warung kecil di seberang kantor desa, kami bertemu dengan Kepala Desa Punagaya. Dia ditemani beberapa stafnya. Orangnya ramah dan enak diajak bicara. Itu kesan pertama kami. Andi Pangerang, namanya. 
 
Kami diajak ke sebuah rumah. Rumah ini luas dan nyaman. Semua pelayanan desa dipusatkan di sini. Rumah ini dijadikan kantor pemerintahan desa sementara. Saat kami berkunjung, kantor desa sedang dalam pembangunan. Di teras yang cukup sejuk, kami berbincang dengan Kepala Desa Punagaya yang juga didampingi oleh sekretaris desa dan staf lainnya.
 

Cerita di Balik Pembangunan PAUD di Desa Punagaya


Saat ditanya kenapa pemerintahan Desa Punagaya membangun sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dia mengatakan bahwa keberadaan Gugah Nurani Indonesia (GNI) di desa ini memberikan arti tersendiri bagi pemerintahannya. Keberadaan anak dukungan GNI menjadi salah satu jawabannya. Seperti diketahui ada 521 anak dukungan GNI di desa ini.

Bagi pria yang pernah mengadu nasib di Jakarta Utara ini, GNI berperan besar dalam memperhatikan anak-anak. Sejumlah dukungan GNI berikan untuk membantu anak-anak bisa mendapatkan akses sekolah. Pemberian tas, sepatu, alat tulis, sembako, dan lain-lain. Dia merasa malu jika pemerintahan desa tidak ambil peran dalam pengembangan pendidikan di tengah orang lain –GNI– memperhatikan warganya. 

Kami sesekali tertawa terbahak-bahak mendengar candaan ala Makassar yang dilontarkan oleh pria yang sudah menjabat tiga periode ini. Kopi dan makanan ringan pun menemani perbincangan ringan kami. 

Pendekatan persuasif dan interpersonal yang dibangun tim lapangan juga memberikan kesan tersendiri bagi pemerintahan Desa Punagaya. Pihak lain, biasanya, mengajak pemerintahan desa jika sudah ada masalah. Tim proyek di lapangan sejak awal sudah merangkul dan membangun kerjasama dengan pemerintah desa. Beberapa kali kepala desa yang mengalami stroke ini memuji tim lapangan. “GNI sudah melakukan hal yang luar biasa,” katanya menambahkan.

Keberadaan GNI dan pendekatan persuasif dan interpersonal inilah yang menggugah pemerintah Desa Punagaya. Sudah dua sekolah PAUD yang dibangun pemerintah Desa Punagaya sejak GNI masuk ke desa ini, masing-masing tahun 2023 dan 2024. Rencananya satu bangunan PAUD lagi akan dibangun pada 2025.
 

Anggaran Desa untuk Pendidikan Anak Usia Dini


Kepala desa yang punya pengaruh kuat di masyarakat ini mengaku bahwa anggaran yang digelontorkan untuk pembangunan PAUD Berlian (2023) sebesar 186 juta dan 200 juta untuk PAUD Intan (2024). 

Anggaran insentif 3 guru dan 1 kepala sekolah untuk kedua PAUD ini juga disediakan oleh pemerintahan desa, 1 juta untuk kepala sekolah dan 750 ribu untuk guru setiap bulannya. Artinya, dua tahun ini, dari total dana desa sebesar 2,2 miliar pemerintah Desa Punagaya menganggarkan 12,3?ri total dana desa untuk pendidikan PAUD. Fantastis!

Humor tidak habis-habisnya keluar dari mulut kepala desa ini. Seolah dia tidak kehabisan bahan dan terus bercanda. Dia berhasil membuat kami tertawa terpingkal-pingkal. Suasana sangat cair. Sebagian kami menikmati secangkir kopi dan makanan ringan.  

Bayangkan kalau ini terjadi di semua daerah proyek GNI. Berapa banyak anak-anak usia dini mengakses pendidikan? Sebuah perubahan sosial yang luar biasa!

Baca juga:
Ibu Rumah Tangga Berdaya: Dari Atlet Karate hingga Buka Toko Kue Sendiri
Perempuan, Budidaya Rumput Laut, dan Kemandirian Tempat Tinggal

Ditulis oleh: Yosfialdi 
Diedit oleh: Tim FD

Dapatkan banyak keuntungan