
Published 30 January 2022
Sampah yang Membawa Berkah
Bank sampah mungkin bukan masalah yang menarik bagi masyarakat yang tinggal di kawasan yang layak dengan tempat pembuangan sampah rumah tangga yang layak, yang diambil secara rutin oleh petugas kebersihan. Namun, apa yang tidak bagi kita bisa menjadi sesuatu yang mengubah hidup seseorang. Pada tahun 2016, sekitar 5 ibu yang tinggal di Kelurahan Belawan II, sebuah desa pinggiran dekat pelabuhan Belawan, Medan, menghadiri lokakarya bank sampah yang diadakan oleh bank sampah induk. Mereka datang mengikuti lokakarya karena mereka adalah ibu-ibu dari anak-anak binaan Gugah Nurani Indonesia (GNI). Sudah biasa bagi mereka untuk secara aktif terlibat dalam setiap kegiatan GNI.
Tidak pernah terpikirkan hari itu akan mengubah hidup mereka. Tak lama setelah mengikuti workshop, mereka ditantang untuk menginisiasi pendirian bank sampah di Kelurahan Belawan II. Bukan karena mereka putus asa akan uang, tetapi lebih karena mereka ingin membebaskan kondisi hidup mereka dari sampah. Tinggal di Kelurahan Belawan II yang dikelilingi sampah terutama saat terjadi gelombang pasang, merupakan hal yang lumrah bagi masyarakat.
Limbah tersebut mencemari air kemudian masuk ke rumah-rumah penduduk. Menderita penyakit kulit merupakan hal yang biasa terjadi di masyarakat. Namun, 5 ibu yang selama ini aktif terlibat dalam program GNI seperti seminar, workshop, dan pelatihan semakin sadar akan kondisi yang tidak sehat tersebut. Mereka bermimpi bank sampah bisa membawa perubahan. Mereka sadar, harus dimulai saat itu juga, jika bukan karena mereka maka mimpi itu akan jauh untuk diraih
Begitulah 5 ibu ini menjadi pendiri Bank Sampah Berkah. Mereka ingin hidup mereka menjadi contoh bagi keluarga dan lingkungan mereka. Mereka memandu pembicaraan dengan secara konsisten menerapkan pemilahan sampah. Pada awalnya, bahkan keluarga mereka menganggap apa yang mereka lakukan merepotkan sementara tetangga mereka menertawakannya. Namun, konsistensi merekalah yang menggugah rasa penasaran para tetangga yang bertanya mengapa mereka melakukannya.
Bank sampah menampung membawa nilai ke arah timbunan sampah. Mereka tidak pernah menyadari bagaimana pemilahan dapat membawa nilai yang berbeda untuk setiap jenis sampah. Bahkan keluarga mereka mulai merasakan manfaat dari pengurangan sampah di rumah. Apakah usaha mereka telah berakhir? Tentu saja tidak.
Ibu Asri, salah satu pendiri Bank Sampah Berkah, menjabat sebagai bendahara sejak 16 September 2016. Ia menjadi saksi dan salah satu pelaku bank sampah melalui suka dan duka. Bersama 4 pendiri lainnya, mereka mengembangkan bank sampah hingga anggotanya mencapai kurang lebih 400 orang. Berbagai cara mereka lakukan untuk mendekati pemerintah daerah dan pemangku kepentingan Desa Belawan II untuk mendapatkan dukungan, bukan dari segi materi melainkan kepada masyarakat.
Sudah 4 tahun perjuangan; apakah mereka gagal? Tentu saja tidak. Tampaknya mimpi itu masih jauh di depan. Namun, itu hanyalah kanvas besar yang mengubah banyak aspek kehidupan mereka, salah satunya adalah pendapatan. Melalui bank sampah, setiap anggota memiliki tabungan yang dapat diberikan dalam bentuk kebutuhan sehari-hari karena penjualan sampah tidak diberikan dalam bentuk uang tunai.
Mereka tidak hanya berhenti di situ; mereka bahkan mendaftar ke koperasi simpan pinjam juga. Dengan demikian, tabungan mereka akan otomatis digunakan sebagai simpanan di koperasi. Hebatnya lagi, bank sampah menjadi titik awal pemberdayaan ekonomi anggota. Selain itu, para anggota juga dapat beramal dengan memberikan 10?ri tabungan mereka untuk mendukung gugus tugas putus sekolah Kelurahan Belawan II, bentukan GNI, untuk mengembalikan anak-anak ke sekolah. Mereka memberdayakan untuk berdaya.
Komitmen para pendiri untuk secara konsisten menerapkan nilai-nilai bank sampah dalam kehidupan sehari-hari, menjaga akuntabilitas dengan memiliki laporan keuangan yang dikelola dengan baik, terlepas dari semua perjuangan, jatuh, dan mimpi yang mungkin tampak jauh dapat membawa penghargaan tersebut. dari pemerintah daerah 2 kali berturut-turut. Selain itu, bank sampah tersebut berhasil memenangkan kompetisi yang diadakan oleh Unilever. Peraih penghargaan, Bank Sampah Berkah kini memiliki Viar sebagai transportasi mereka untuk layanan penjemputan yang membawa inovasi dalam cara kerja mereka. Belum lagi saat ini mereka telah menandatangani kerjasama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi sebagai mitra dukungan materi, pengembangan kapasitas, pendampingan, dan jejaring.
Mengapa mereka membutuhkannya? Pasalnya, dari 44 kelurahan di Kelurahan Belawan II, baru sekitar 10 kelurahan yang terdaftar menjadi anggota Bank Sampah Berkah. Mengingat kembali mimpi berdirinya Bank Sampah Berkah, dibutuhkan peran serta seluruh 44 kelurahan untuk membawa perubahan menjadi Kelurahan Belawan II. Impiannya adalah untuk menciptakan 'Lingkungan Hidup Bebas Sampah'. Hanya ketika partisipasi penuh dari anggota masyarakat terjadi, maka terjadi perubahan perilaku, untuk mewujudkan bebas sampah.
Semua nilai-nilai yang dijalankan berawal dari mimpi akan kondisi kehidupan yang layak. GNI mungkin bisa menjadi agen yang menyalakan api. Namun mereka berani memulai meski minim pengalaman dan dukungan dari lingkungan sekitar. Mimpi itulah yang membuat mereka bisa melihat sampah sebagai peluang untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih baik. Hal penting lainnya juga adalah fakta bahwa pemangku kepentingan memegang peran penting untuk mendukung pembangunan masyarakat. Oleh karena itu, mereka harus mengakomodir setiap lapisan masyarakat untuk menggali potensi terbaik mereka.
Penulis: Luwyse H. Sianipar
Design, Monitoring, and Evaluation Officer
Dapatkan banyak keuntungan