
Published 18 Agustus 2021
Rencana Pembelajaran Tatap Muka: Ancaman atau Peluang?
Survei yang dilakukan oleh Gugah Nurani Indonesia menemukan bahwa beberapa anak dukungan kami di Medan Belawan dan Medan Deli Serdang ada yang tidak belajar lebih dari 14 hari dalam sebulan. Survei ini dilakukan pada bulan Februari 2021 dan melibatkan 200 anak yang didukung GNI dari tingkat SD, SMP dan SMA. Dari 87% anak yang tidak selalu belajar setiap hari, sebanyak 50% atau 174 anak, tidak belajar lebih dari 14 hari dalam sebulan. Artinya anak-anak ini mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) hanya selama 10 hari dalam sebulan. Kondisi ini bahkan lebih buruk dari hasil penilaian yang kami lakukan pada September 2020. Saat itu, dari 125 anak yang mengikuti pembelajaran jarak jauh, 70,40% atau 88 anak yang pernah absen. Gugah Nurani Indonesia melihat bahwa semakin lama PJJ berlangsung, semakin rendah tingkat partisipasi anak dalam proses pembelajaran.
Learning Loss Berdampak Kerugian Besar di Masa Depan Anak
Michelle Kaffenberger dari University of Oxford - UK mengatakan learning loss akan menyebabkan kerugian besar di masa depan jika tidak diantisipasi. Perhitungan model loss akibat global learning loss yang dilakukan oleh Carmen Belafi dan Michelle Kaffenberger (2020) menunjukkan bahwa learning loss mayor terjadi pada tingkat sekolah dasar. Siswa kelas 3 SD yang bolos belajar selama 6 bulan berpotensi ketinggalan 1,5 tahun. Sedangkan siswa kelas 1 SD jika tidak belajar pada saat yang bersamaan, kemampuan belajarnya akan hilang hingga 2,2 tahun.
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Menjadi Peluang
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bersama 3 Menteri lainnya mengeluarkan 4 Keputusan Menteri yang memungkinkan pemerintah daerah untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka. Diharapkan kesempatan anak untuk dapat belajar secara intensif semakin besar, dan kemampuan belajarnya dapat kembali normal.
Kesiapan pemerintah, sekolah, dan orang tua berperan penting dalam mempersiapkan anak kembali bersekolah. Pembukaan sekolah tidak dilakukan semata-mata dengan mempertimbangkan protokol kesehatan untuk menjamin keselamatan anak. Penting juga untuk menilai dan memulihkan kemampuan belajar anak.
Menyikapi kondisi ini, Gugah Nurani Indonesia juga menyiapkan guru-guru di sekolah binaan kami di Belawan II, Provinsi Sumatera Utara, untuk mengelola pembelajaran pada tahun ajaran baru. Gugah Nurani Indonesia memberikan pendampingan kepada guru untuk menilai dan mengembalikan kemampuan belajar anak, serta mendorong kepala sekolah untuk dapat melakukan pengawasan yang ketat hingga siswa dapat kembali belajar normal sesuai kompetensinya.
Gugah Nurani Indonesia mengadakan pelatihan bagi guru-guru di 9 SD dan 5 SMP di Medan tentang Pembelajaran Aktif CDP yang bertujuan agar guru dapat membuat LKS yang memicu kreativitas belajar anak, baik dalam pembelajaran online maupun tatap muka nantinya. Pelatihan ini juga dirancang untuk meningkatkan kapasitas guru dalam memilih kurikulum yang berorientasi pada kompetensi esensial dan prasyarat yaitu literasi, numerasi dan karakter, serta bagaimana melakukan penilaian sederhana dalam mengidentifikasi kemampuan belajar anak setelah sekolah dibuka kembali.
Kolaborasi Berbagai Pihak.
Upaya pembukaan kembali sekolah merupakan tanggung jawab multipihak. Kolaborasi multi pihak perlu dilakukan. Selain upaya-upaya di atas, yang juga penting untuk dipersiapkan adalah bagaimana rencana pembelajaran tatap muka ini dapat memastikan anak belajar dengan baik sesuai kompetensinya di tengah new normal.
--
Penulis: Anwar Suhut, Medan CDP Manager
Artikel ini diterbitkan dalam versi utuk oleh Harian Analisa, Juni 2021.
Dapatkan banyak keuntungan